SUARA SEMARANG - Belum banyak yang tahu sepak terjang dan kisah hidup dari Mohammad Ichsan atau Moh Ichsan yang tak hanya seorang walikota Semarang yang pertama.
Mohammad Ichsan lahir di Weleri Kendal pada tahun 1902, namanya diabadikan menjadi nama gedung pemerintahan sembilan lantai Balaikota Semarang, juga nama sebuah Jalan Raya yang ada di Ngaliyan Kota Semarang.
Mengemban sebagai Walikota Semarang pertama usai proklamasi Kemerdekaan RI, menjabat dari tahun 1946-1949. Tak disangka dia eksis di tiga zaman, dari feodal, kolonial, hingga kemerdekaan.
Bukan sembarang orang, Mohammad Ichsan sangat merahasiakan kisah hidupnya hingga tak ada yang tahu bahwa dia adalah orang yang sangat penting kala itu.
Baca Juga:Prakiraan Cuaca Semarang Hari ini Sabtu, 17 Desember 2022
Banyak penulis, pewarta ingin mengupas rahasia pribadinya, layaknya pejabat negara pada umumnya namun Mohammad Ichsan adalah orang yang kuat dalam menjaga rahasia. Ia akan menolak dengan halus permintan itu.
Bahkan dari sisi keluarga, Mohammad Ichsan juga sedikit membagikan kisah-kisahnya, hanya diceritakan secara lisan kepada puternya, Adi dan Firman, itu pun kala mereka beranjak dewasa.
Maka tak heran, tak banyak kisah bisa dijumpai tentang sepak terjang dan siapa sesungguhnya Mohammad Ichsan. Jangankan auto biografinya, biografinya saja sulit.
"Bapak itu kuat menjaga rahasia, menolak halus siapa saja yang ingin meminta atau menerbitkan memoar atau buku perihal dirinya," kata Firman Ichsan, putra bungsu Moh Ichsan dalam pameran Dokumentasi Foto dan Arsip Ode Untuk Ayah, Ode to a Father, di Gedung Odetrap Kota Lama Semarang.
Pameran Dokumentasi Foto dan Arsip Ode Untuk Ayah, Ode to a Father, di Gedung Odetrap Kota Lama Semarang digelar pada 10-18 Desember 2022. Firman Ichan bekerjasama dengan Oscar Motulloh yang menjadi pameran.
Dalam pameran itu, Firman Ichsan dan Oscar motulloh berhasil mengurasi dan mengoleksi beberapa dokumen foto dan arsip tentang Mohammad Ichsan.
Banyak rahasia terungkap bahwa Mohammad Ichsan semasa hidupnya banyak dan dekat dengan para petinggi negara kala itu, dari Presiden Soekarno, Panglima AH Nasution hingga menjadi duta besar.
Di kisahkan Firman Ichasan, sejarah hidup ayahnya sebelum menjadi walikota Semarang sangatlah panjang dan berliku.
Salah satunya, kisah pengangkatannya sebagai Kepala Sementara Republik Indonesia di Semarang oleh Soekarno. Di mana penunjukan itu sekaligus menyatakan eksistensi kedaulatan RI yang baru merdeka ke hadapan masyarakat internasional.
Pengangkatanya, juga termaktub dalam catatan kronik Revolusi Indonesia jilid 2, yang disusun oleh Pramoedya Ananta Toer, pada 6 Januari 1946.
Tercatat bahwa amanah pengangkatan ini dibawa langsung ke Semarang oleh delegasi pemerintah RI, yaitu Menteri Muda Dalam Negeri Mr. Harmani, Menteri Kesehatan dr Darmasetiawan, Mr Latief dan seorang wartawan bernama Rosihan Anwar.
"Di Jakarta terjadi perundingan antara Sekutu dengan Sjahrir CS, Inggris mempertanyakan siapa penanggungjawab RI di Kota Semarang, Jakarta bingung, namun segera menunjuk Ichsan yang memang berada di dalam kota Semarang," jelasa Oscar Motulloh.
Kota Semarang saat itu memiliki posisi strategis dan penting, saat kedatangn Sekutu (Inggris) untuk melucuti senjata tentara Jepang yang kalah di Perang Dunia ke 2.
Namun Sekutu disusupi pasuakan Belanda NICA yang ingin kembali berambisi mengkolonialisasi Indonesia. Mereka mendarat di tiga pelabuhan besar, Semarang, Tanjung Priok dan Surabaya.
Seketika perlawan rakyat kembali berkobar di Semarang. Terjadi pertempuran lima hari Semarang dan peristiwan Palagan Ambarawa.
Firman Ichsan kemudian mengisahkan ayahnya memilih kehidupan politik, dimana awalnya bersahabat dengan tokoh pergerakan mahasiswa Indonesia di Belanda bernama Slamet Faiman, yang saat itu menentang fasisme NAZI.
Persahabatan Mohammad Ichsan dengan Slamet Faiman bermula di gladak kapal SS Johan de Witt (kapal penumpang anyar Hindia Belanda). Dari situ, Mohamamd Ichsan mendapat pondasi menetapkan arah politiknya, berada di jalur ideologi sebagai seorang nasionalis.
Slamet Faiman, saat itu bertugas di kapal bercerobong ganda, dengan panjang 159,4 meter. Dia juga aktivis pererakan buruh di Rotterdam.
Pelayaran yang tengah Ichsan jalani merupakan upaya mengikuti jejak kakak semata wayangnya Djoenadi yang sudah duluan menuntut ilmu di Belanda.
Firman Ichsan memiliki kenangan kisah dari ayahnya yang paling menarik dan kerap sekali diceritakan kepadanya yaitu mengenai Kota Semarang, yang telah mengubah jalan hidupnya.
Walau masa jabatannya tak berlangsung lama namun Mohammad Ichsan merasa Kota Semarang telah membuatnya terlahir kembali (sebagai orang Indonesia). Ia mengagumi rakyat Semarang yang menolak mendapatkan beras jatah Inggris dan menginginkan beras republik.
"Cerita para pemuda pemudi yang menjadi kuris dari Front Barat Semarang yang gagah berani, diucapkan dengan nada kekaguman. Sert kepercayaan yang diberikan para pemimpin Republik untuk memimpin kota yang dicintainya," kata Firman.
Firman Ichsan dalam pameran tersebut juga menyerahkan dokumen-dokumen yang disimpan almarhum semasa semasa revolusi kepada negara. Arsip penting itu diserahkan kepada Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang pada 10 Desember 2022.
![Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Mbak Ita bersama Firman Ichsan di pameran dokumentasi arsip Mohammad Ichsan Ode Untuk Ayah, Ode for a Father di Oudetrap Kota Lama. [Semarang.suara.com]](https://media.suara.com/suara-partners/semarang/thumbs/1200x675/2022/12/17/1-whatsapp-image-2022-12-17-at-140930.jpeg)
Plt Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Mbak Ita mengucapkan terimakasih atas dokumen dan arsip tentang Mohammad Ichsan kepada Pemkot Semarang.
"Ini dokumen luar biasa dari Mr Moh Ichsan awaalnya kita tidak tahu sejarahnya, selain sebagai walikota juga tokoh nasional, meungkin banyak orang yang belum tahu," kata Mbak Ita.
Mbak Ita pun akhirya memahami ternyata selain sebagai walikota Semarang juga pernah menjadi duta besar Indonesia untuk Thailand, Vietnam dan Kamboja.
Di ketahui, malam dari Mohammad Ichsan disemayamkaan di Jakarta tepatnya di TPU Jeruk Purut. Ia meninggal dunia pada tahun 1991, atau 31 tahun yang lalu.
"Seperti terbangun kita, ternyata beliau juga tokoh penting pernah bersama Pak Sukarno, Ali Alatas, Soepardjo Rustam dan lainnya," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa penyerahan dokumen dan arsip Mohammad Ichsan sebenarnya sudah lama diagendakan.
Pemkot Semarang akhirnya terealisasi untuk menyusun sejarah menjadi telling story tentang Kota Semarang salah satunya Mohammad Ichsan.
"Kami akan menyediakan juga tempat khusus karena ada banyak medali kehormatan yang disematkan ke beliau," katanya.
Dalam pameran tersebut, juga banyak dokumen arsip penting yang dipamerkan seperti SK Pengankatan Walikota Semarang, gaji honor pertama, SK sebagai Sekreatis Negara, Dubes, hingga tanda jasa sebagai pendiri dan pembina klub PSIS Semarang dari PSSI.