Teks Kultum Hari ke 3 Ramadhan 2023 Berjudul Hakikat Ibadah Puasa

contoh naskah teks pidato kultum (kuliah tujuh menit) Ramadhan 1444 H/2023 hari ke 3 berjudul "Hakikat Ibadah Puasa".

Mahanta Musa
Kamis, 16 Maret 2023 | 13:57 WIB
Teks Kultum Hari ke 3 Ramadhan 2023 Berjudul Hakikat Ibadah Puasa
contoh naskah teks pidato kultum (kuliah tujuh menit) Ramadhan 1444 H/2023 hari ke 3 berjudul "Hakikat Ibadah Puasa". (Pixabay)

SEMARANG SUARA- Simak disini artikel tentang contoh naskah teks pidato kultum (kuliah tujuh menit) Ramadhan 1444 H/2023 hari ke 3 berjudul "Hakikat Ibadah Puasa".

Ceramah atau pidato kultum Ramadhan biasanya diselanggarakan setelah sholat subuh berjamaah di masjid atau menjelang berbuka puasa.

Contoh naskah teks pidato kultum Ramadhan 1444 H/2023 yang tersaji pada artikel berikut ini bisa dijadikan sebagai referensi bagi anda yang hendak mengisi kultum Ramadhan.

Melansir dari laman nu.or.id berikut ini merupakan contoh naskah teks pidato kultum Ramadhan 1444 H/2023 pada hari ke 2 dengan judul "Hakikat Ibadah Puasa".

Baca Juga:Teks Ceramah Kultum Ramadhan 2023 Hari ke 2 Berjudul 8 Keutamaan Puasa

Hakikat Ibadah Puasa

Ibadah puasa disyariatkan kepada umat Nabi Muhammad saw. Ibadah puasa diwajibkan bagi umat Islam selama bulan Ramadhan pada setiap tahunnya. Ibadah puasa sejatinya bukan syariat baru. Ibadah puasa telah disyariatkan kepada umat-umat terdahulu sebelum umat Nabi Muhammad saw. 

Ibadah puasa mengandung banyak manfaat dan keutamaan bagi umat manusia baik secara jasmani maupun secara rohani. Oleh karena itu, ibadah puasa tidak hanya disyariatkan kepada umat terdahulu, tetapi juga umat Nabi Muhammad saw, umat akhir zaman. Ibadah puasa sendiri cukup unik. Ibadah puasa berbeda dari jenis ibadah lainnya. 

Pada ibadah puasa, umat Islam diperintahkan untuk menahan dan meninggalkan sesuatu (takhalli), bukan diperintahkan untuk melakukan sesuatu. Karena sifatnya yang takhalli, ibadah puasa tidak terlihat secara kasatmata. Sifat takhalli ini menempatkan ibadah puasa menjadi istimewa. Imam Al-Ghazali menjelaskan keistimewaan ibadah puasa. Imam Al-Ghazali dalam karyanya yang terkenal Ihya Ulumiddin menjelaskan hakikat puasa. 

Imam Al-Ghazali menyebut secara singkat dan tepat perihal hakikat puasa sebagaimana berikut: 

Baca Juga:10 Keutamaan Bulan Ramadhan, Naskah Teks Ceramah Kultum Ramadhan Hari 1

Artinya: “Puasa itu menahan diri dan meninggalkan (larangan puasa). Puasa pada hakikatnya sebuah rahasia. Tidak ada amal yang tampak padanya. Kalau semua ibadah disaksikan dan dilihat oleh makhluk, ibadah puasa hanya dilihat oleh Allah saw. Puasa adalah amal batin, murni kesabaran,” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz I, halaman 293).  

Dari penjelasan ini, kita dapat mengerti bahwa keutamaan dan inti ibadah puasa adalah kesabaran dengan ganjaran tiada tara. Kita dapat mengerti mengapa hadits qudsi selalu mengatakan, “Ibadah puasa (dipersembahkan) untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.” Puasa mengambil seperempat bagian dari keseluruhan keimanan karena “Puasa itu setengah dari kesabaran,” (HR At-Tirmidzi). Sedangkan, “Kesabaran mengambil setengah bagian dari keimanan,” (HR Abu Nu’aim dan Al-Khatib).

Adapun manfaat dari puasa adalah menurunkan keinginan-keinginan syahwat yang menjadi lahan subur setan. Dengan lapar dan haus puasa, lahan subur dan medan pacu setan menyempit dan terbatas. Ibadah puasa bermanfaat untuk menaklukkan setan karena syahwat-syahwat itu merupakan jalan masuk setan, "musuh” Allah. Sedangkan syahwat pada manusia itu menguat oleh sebab makan dan minum. Dari sini kemudian, ibadah puasa menjadi pintu ibadah dan tameng atau perisai bagi mereka yang berpuasa. 

Ibadah puasa mempersempit ruang gerak setan di dalam tubuh orang yang berpuasa.

Artinya, “Rasulullah saw bersabda, ‘Sungguh, setan itu berjalan pada anak Adam melalui aliran darah. Oleh karena itu, hendaklah kalian mempersempit aliran darah itu dengan rasa lapar,’ (HR. Muttafaq alaihi),” (Al-Ghazali, 2018 M: I/293). Ketika puasa membatasi, mempersempit ruang gerak, dan menutup jalan bagi setan, maka orang yang berpuasa layak diistimewakan oleh Allah dengan ganjaran yang tak terduga baik kuantitas maupun kualitasnya. Wallahu a’lam.

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak