Pawai Warak Ngendog Prosesi Dugderan Sambut Puasa Ramadhan di Semarang

Prosesi dugderan diawali dengan upacara budaya tarian Warak Ngendog di halaman Balaikota Semarang Selasa 21 Maret 2023 dikuti ribuan peserta dari 16 Kecamatan yang sebagai keceriaan sambut datangnya puasa Ramadhan.

Aam Winata Mail
Selasa, 21 Maret 2023 | 14:03 WIB
Pawai Warak Ngendog Prosesi Dugderan Sambut Puasa Ramadhan di Semarang
Pawai Warak Ngendog Prosesi Dugderan Sambut Ramadhan di Semarang. (Semarang.suara.com)

SUARA SEMARANG - Kota Semarang memiliki tradisi khas tersendiri dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Sebuah pawai besar oleh warga Semarang dengan mengarak hewan mitologi Warak Ngendog dinamai Pawai Dugderan.

Prosesi dugderan diawali dengan upacara budaya tarian Warak Ngendog di halaman Balaikota Semarang, Selasa 21 Maret 2023, dikuti ribuan peserta Dugderan dari 16 Kecamatan yang ada di Kota Semarang.

Pawai Warak Ngendog dihias lengkap dengan atributnya seperti membawa miniatur Warak Ngendhog, bunga Manggar, kesenian tradisional, barongsai, dan lainnya.

Diarak menggunakan dengan jalan kaki dari balaikota menuju Masjid Agung Kauman dan Masjid Agung Jawa Tengah.

Baca Juga:Ini Ruas Penutupan Jalan dan Rekayasa Lalu Lintas Kota Semarang saat Dugderan

Semua warga dan etnis di Semarang berkumpul dan bersatu menggotong miniatur Warak Ngendhog dan kembang Manggar. 

Hewan mitologi itu sendiri merupakan wujud simbol budaya tiga etnis yang ada di Semarang, dimana kepala berbentuk naga mewakili budaya Tionghoa. Badan berbentuk buroq mewakili budaya Arab, dan empat kaki dari kambing mencerminkan budaya Jawa.

Simbol ini menyatu dan beriringan sejak Semarang berdiri sampai saat ini, sebagai simbol keharmonisan.

Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu sendiri didaulat sebagai Tumenggung Semarang bergelar Kanjeng Raden Mas Ayu Tumenggung Purwodiningrum, membuka Pawai Dugderan dengan menabuh bedug di halaman Balaikota Semarang.

Dari halaman Balaikota diarak menuju Masjid Agung Kauman, WaliKota Semarang diarak menggunakan kereta kencana berhias bunga dan kembang Mangar, dengan diiringi pasukan berkuda dan rombongan kereta kencana lainnya yang ditumpangi para pejabat lingkungan Pemkot Semarang, Kapolres, Dandim, dan lainnya.

Baca Juga:Kereta Panoramic Semarang Jakarta Beroperasi, Ini Jadwal Tanggal Keberangkatan dan Syarat Naik

Selanjutnya peserta ribuan pawai tiba di Masjid Agung Kauman untuk mengikuti prosesi sakral pembacaan Shukuf Halaqoh, doa, tabuh bedug, dan peledakan bom udara, prosesi itu yang akhirnya dikenal di masyarakat dengan nama 'dug' dari bunyi bedug, dan 'der' berasal dari bunyi bom udara. Bunyi dua benda itu menandai akan memasukinya bulan puasa bagi warga Semarang.

Masyarakat pun tak kalah antusias menonton, sepanjang rute pawai dari halaman Balaikota, Jalan Pemuda sampai Masjid Kauman dan MAJT dipadati untuk melihat gelaran sambut Ramadhan tersebut.

Sampai di Masjid Kauman setelah pembacaan Shukuf Halaqoh dan doa, hal yang dinanti masyarakat tiba yakni berebut kembang Manggar yang dibawa pawai dan yang menempel di kereta kencana. Masyarakat juga berebut air suci dari pembacaan khatam Alquran dan jajan tradisional asli Semarang kue Ganjel Rel.

Kembang Manggar itu warna-warni simbol keberagaman dan keharmonisan, air suci dipercaya membawa berkah dan Ganjel Rel yang rasanya manis dipercaya memberi nuansa bahagia sambut Ramadhan.

Setelah prosesi di Masjid Agung Kauman, Pawai Dugderan dilanjut menuju Masjid Agung Jawa Tengah, untuk prosesi penyerahan Shukuf Halaqoh oleh Walikota Semarang selaku Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum kepada Kanjeng Raden Mas (KRM) Aryo Probo Hadikusumo atau Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Di Masjid Agung Jawa Tengah Shukuf Halaqoh kembali dibacakan oleh Gubenur Jawa Tengah, lalu pemukulan bedug dan bom udara, serta diumumkannya kepada masyarakat secara luas bahwa bulan Ramadhan segera datang dan bersiap menjalani ibadah puasa dengan hati yang suci dan bersih.

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

Semarang Raya

Terkini

Tampilkan lebih banyak