Masjid Agung Kauman Yang Pernah Tolak Prabowo Jumatan, Sejarah Rembug Penentuan Awal Puasa di Semarang

Saat itu di Masjid Agung Kauman Semarang calon presiden Prabowo Subianto sempat ditolak keras untuk melaksanakan salat Jumat pada masa Pilpres 2019 dan sekarang jadi penentuan awal puasa Ramadhan.

Aam Winata Mail
Selasa, 21 Maret 2023 | 15:55 WIB
Masjid Agung Kauman Yang Pernah Tolak Prabowo Jumatan, Sejarah Rembug Penentuan Awal Puasa di Semarang
Sejarah Rembug Penentuan Awal Puasa di Semarang Bermula di Masjid Agung Kauman. (Semarang.suara.com)

SUARA SEMARANG - Masjid Agung Kauman Semarang memiliki jejak yang kuat dalam sejarah penyebaran Islam pertama kali di Semarang. 

Beberapa jejak sejarah ditorehkan pada Masjid Agung Kauman yang didirikan pertama di Semarang, dibangun oleh arsitek asal Belanda sebagai hadiah kepada Sunan Pandanaran, Tumenggung Karesidenan Semarang kala itu.

Masjid Agung Kauman juga memiliki sejarah andil dalam pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia. 

Menjadi satu-satunya masjid di Indonesia yang mengumumkan kemerdekaan Indonesia secara terbuka, setelah beberapa saat diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta.

Baca Juga:Pawai Warak Ngendog Prosesi Dugderan Sambut Puasa Ramadhan di Semarang

Di Masjid Agung Kauman pula, calon presiden Prabowo Subianto sempat ditolak keras untuk melaksanakan salat Jumat, pada masa Pilpres 2019.

Alasannya, karena bertepatan dengan kampanye Pemilu 2019. Meski akhirnya pengurus Masjid Agung Kauman memperbolehkan dengan syarat tanpa embel-embel kampanye.

Namun dari sisi historis panjangnya, Masjid Agung Kauman erat kaitannya dengan tradisi budaya penentuan awal puasa Ramadhan, yang disebut Dugderan. 

Dimana dahulu kala, Tumenggung atau pemimpin daerah Semarang, Tumenggung Aryo Purboningrat, menemui para kyai dan ulama untuk berhalaqah atau mendiskusikan penentuan awal puasa.

Melalui halaqah atau diskusi tersebut, kemudian menghasilkan suatu keputusan beserta pesan-pesan kebaikan dari para ulama untuk diumumkan kepada seluruh warga Semarang.

Baca Juga:Kereta Panoramic Semarang Jakarta Beroperasi, Ini Jadwal Tanggal Keberangkatan dan Syarat Naik

Sebagai tanda pengumuman tersebut, karena saat itu masjid belum ada pengeras suara maka digunakanlah sebuah bedug dan petasan besar dibunyikan. Dugderan berasal dari kata 'dug' dari bunyi bedug yang ditabuh, dan 'der' dari bunyi petasan yang dinyalakan.

Pun hal yang sama saat ini dilakukan oleh Pemkot Semarang, prosesi Dugderan menjelang bulan Ramadhan tahun 1444 H itu, Walikota Semarang atau Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum, Hevearita Gunaryanti Rahayu, melakukan halaqah atau diskusi dengan ulama di Masjid Agung Kauman untuk menetapkan awal pelaksanaan ibadah puasa, Selasa 21 Maret 2023.

Gelaran Dugderan tiap tahun itu dibuat lebih meriah dengan arak-arakan pawai simbol Dugderan seperti Warak Ngendhog, kembang Manggar, dan kesenian tradisional dari tiga budaya etnis, ada Jawa, Arab, dan China.

Hasil halaqah tersebut kemudian diarak oleh Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum bersama warga Semarang dari Masjid Agung Kauman menuju Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) untuk diserahkan kepada Kanjeng Mas Raden Tumenggung Probo Hadikusumo atau Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Oleh Kanjeng Mas Raden Probo Hadikusumo, menjelang Magrib hasil halaqah tersebut diwartakan kembali kepada masyarakat bahwa bulan Suci Ramadhan telah tiba.

Kemudian, setelah mengumumkan halaqah, sebagai penutup Tumenggung Probo Hadikusumo berulang-ulang memukul bedug 'Dug' yang diikuti bunyi 'Der' dari petasan.

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

Semarang Raya

Terkini

Tampilkan lebih banyak