SUARA SEMARANG – Deddy Corbuzier pun akhirnya membahas tentang batalnya Piala Dunia U-20 yang sebelumnya akan diadakan di Indonesia.
Dalam podcast tersebut, Deddy Corbuzier menghadirkan bintang tamu Arya Sinulingga yang merupakan anggota Komite Eksekutif PSSI periode 2023 – 2027.
Sebenarnya apa yang terjadi sampai akhirnya Piala Dunia U-20 yang awalnya akan dilaksanakan di Indonesia ini batal?
Itu semua menjadi pembahasan menarik antara Deddy Corbuzier dengan Arya Sinulingga tentang batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia.
Baca Juga:Playground untuk Orang Dewasa Viral di Media Sosial TikTok, Bisa Bikin Kamu Keenakan dan Ketagihan
Dengan pembahasan mengenai batalnya Piala Dunia di Indonesia, mereka berdua pun berani mengambil resiko apabila mendapatkan serangan dari netizen di tanah air.
Deddy Corbuzier membuka podcast dengan membacakan sebuah statement dari Hokky Caraka yang merupakan striker Garuda Muda.
Dalam statement tersebut berbunyi, “Berjuang untuk kemerdekaan orang lain tapi kalian merusak impian anak-anak bangsa sendiri, mimpi indahlah kawan-kawan sampai jumpa lagi.”
Mendengar kabar buruk tentang dibatalkannya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tersebut, membuat tim Garuda Muda menangis.
Tidak terbayang sebelumnya, Indonesia bisa ikutan Piala Dunia, apalagi menjadi tuan rumah perhelatan acara internasional.
Arya menjelaskan, bahkan 50 tahun lagi belum tentu akan ada dan mendapatkan kesempatan untuk bermain di Piala Dunia U-20.
Inilah impian anak-anak muda yang akhirnya kita kubur dengan gagalnya sebagai tuan rumah gelaran acara terbesar di dunia sepakbola U-20.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo menekankan agar dipisahkan antara kepentingan politik dengan sepakbola, sesuai dengan prinsip yang dianut oleh PSSI.
FIFA pun sama, selalu memisahkan antara kepentingan politik dengan sepakbola, begitu juga dengan federasi Palestina yang tergabung menjadi anggota FIFA.
Bahkan dalam lawatan Dubes Palestina untuk Indonesia menyampaikan hal yang sama seperti apa yang disampaikan oleh Presiden Jokowi, jangan campur adukkan antara sepakbola dengan politik.
Deddy dan Arya pun menjadi bingung yang menjadi dasar kenapa harus menolak Israel padahal Palestina pun tak masalah dengan hal itu.
Timnas Israel berhasil masuk ke dalam kejuaraan Piala Dunia U-20 pun setelah melewati babak kualifikasi secara fair play.
Selanjutnya Arya pun menggambarkan, dengan gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 akan memberikan dampak kerusakan yang berentetan.
Apabila masih menggunakan isu yang sama yakni anti dengan keikutsertaan negara Israel di olahraga.
Indonesia akan mendapat catatan hitam ketika nantinya akan mengajukan diri sebagai tuan rumah kejuaraan internasional.
Arya pun kaget dengan beberapa kejuaraan internasional di Indonesia yang ternyata dihadiri oleh Israel dan bisa berjalan lancar.
Seperti pertandingan esports di Bali, Bulutangkis, dan Panjat Tebing Dunia, semuanya diikuti oleh Israel dan bisa berjalan lancar tanpa ada penolakan.
Arya menambahkan, akan ada acara pertemuan orang politik di Bali yang salah satu anggotanya dari Israel, dan tetap berkibar bendera Israel di acara tersebut.
Berbeda dengan sepakbola, niatan anak muda Indonesia untuk bisa berpartisipasi di ajang internasional lewat sepakbola dan hanya bermain bola pun harus mendapatkan rintangan penolakan.
Seharusnya, apabila membenci Israel, menurut Arya, kalahkan dan permalukan Israel lewat pertandingan sepakbola.
Yang menjadi anehnya lagi, Palestina yang dibela-bela oleh para pendukungnya di Indonesia ternyata memiliki pelatih sepakbola dari Israel.
Dan sebaliknya, di timnas Israel ada sekitar dua atau tiga orang yang merupakan warga muslim.
Ini semua karena Palestina memiliki prinsip untuk selalu memisahkan atau membedakan antara kepentingan politik dengan olahraga.
Terdekat, akan ada acara Internasional di Bali yakni ANOC World Beach Games Bali 2023 dan berlanjut dengan National Olympic Committee (NOC), dan pesertanya pun ada yang berasal dari negara Israel.
Akankah ada penolakan seperti yang terjadi di cabang olahraga sepakbola yang barusan terjadi di negeri ini.
Saat ini, menurut Arya, kita berharap agar tidak terjadi sanksi seperti yang terjadi pada tahun 2015 lalu saat Indonesia di banned oleh FIFA.
Karena apabila hal tersebut terjadi, bakalan merugikan banyak pihak di dunia persepakbolaan Indonesia.
Diantaranya seperti tidak diakuinya kompetisi liga di Indonesia, sehingga kompetisi tersebut hanyalah kompetisi tarkam.
Akan ada banyak klub dan para pemain di dalamnya yang menjadi pengangguran, ketika negara Indonesia di banned oleh FIFA.