Kendalikan DBD, Kota Semarang Sebar Nyamuk ber Wolbachia: Ini Cara Kerjanya

Telur nyamuk jenis Aedes Aegypti ini telah dimodifikasi dengan memasukan bakteri Wolbachia, yang akan dibuat mandul saat kawin dengan nyamuk lokal jadi pilot project di Kota Semarang.

Aam Winata Mail
Selasa, 30 Mei 2023 | 19:12 WIB
Kendalikan DBD, Kota Semarang Sebar Nyamuk ber Wolbachia: Ini Cara Kerjanya
Kota Semarang Sebar Nyamuk ber Wolbachia. (Dok Pemkot Semarang)

SUARA SEMARANG - Pengendalian penyakit Deman Berdarah dan Dengeu (DBD) di Kota Semarang dimulai dengan pilot project penyebaran nyamuk berbakteri Wolbachia.

Cara kerja nyamuk ber Wolbachia ini sangat efektif dibandingkan dengan pembasmian secara kimiawi seperti pengasapan atau fogging yang mencemari lingkungan.

Di mana telur nyamuk jenis Aedes Aegypti ini telah dimodifikasi dengan memasukan bakteri Wolbachia, yang akan dibuat mandul saat kawin dengan nyamuk lokal.

Saat terjadi perkawinan nyamuk ber Wolbachia dengan nyamuk lokal ini akan menghasilkan telur yang kemudian menetas sebagai nyamuk mandul.

Baca Juga:10 Universitas Favorit di Kota Semarang, Lima Pemain Timnas U22 Kuliah di Kampus Ini

Teknologi nyamuk ber Wolbachia ini sukses dilakukan di Bantul DIY mampu menekan kasus penyebaran DBD hingga 70 persen dan kasus yang masuk RS turun hingga 80 persen. 

Teknologi wolbachia ini kemudian dikembangkan oleh Tim peneliti dari UGM untuk dilakukan pilot project selanjutnya di lima daerah, salah satunya yang pertama adalah Kota Semarang.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memuji gerak cepat yang dilakukan Wali kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu dengan melaunching inovasi Implementasi Wolbachia Ing Kota Semarang (Wingko Semarang) untuk diterapkan di ibu kota Provinsi Jawa Tengah. 

Dirinya mengatakan bahwa ada lima Kota yang akan dibiayai Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan akan menjadi pilot project atau proyek percontohan penyebaran nyamuk berbakteri wolbachia.

"Lima kota yang dibiayai Kemenkes itu adalah Kota Semarang, Jakarta Barat, Bontang, Kupang, dan Bandung. Nah, Semarang itu gercep sekali timnya. Ada Bu Wali Kota, Bu Kadinkes Jateng ini cepat, jadi launching pertamanya di sini," terang Budi Gunadi Sadikin di depan Kantor Kecamatan Tembalang, Selasa 30 Mei 2023.

Baca Juga:Hasil Survei AKSARA Research: Muncul Yoyok Sukawi, Iswar Aminuddin dan Mbak Tia Saingi Elektabilitas Mbak Ita

Budi juga menjabarkan strategi yang akan digunakan oleh Kementerian Kesehatan dalam upaya menangani penyebaran DBD di berbagai kota di Indonesia. 

Dirinya menjabarkan terdapat dua strategi yang akan digunakan, yakni Bioteknologi dan vaksinasi. 

Bioteknologi akan membuat nyamuk demam berdarah mandul, sedangkan vaksinasi akan membuat manusia menjadi kebal dari DBD.

"Ini kita menggunakan bio teknologi untuk nyamuk yang berpotensi menularkan demam berdarah, kita buat agar nyamuk ini kasarannya mandul, lah, jadi dia tidak menularkan virus yang menyebabkan demam berdarah. Strategi kedua kita sedang mempelajari tentang vaksinasi demam berdarah. Sehingga orangnya yang dibikin kebal," ujarnya.

Sementara itu wali kota perempuan pertama yang akrab disapa Mbak Ita bersyukur bahwa kota Semarang menjadi pilot project dan launching penyebaran nyamuk berbakteri wolbachia. 

Dirinya berharap setelah ini kasus DBD bisa turun di kota Semarang, khususnya di kecamatan Tembalang.

“Alhamdulillah, Kota Semarang dijadikan pilot project yang pertama kali di Indonesia. Di Kota Semarang sekarang ada 200-an kasus DBD dan khusus di Kecamatan Tembalang ini paling tinggi. Sehingga diharapkan dengan pilot project ini kasusnya bisa turun,” terangnya.

Dirinya juga mengajak khususnya para Camat untuk turun langsung ke masyarakat. Hal tersebut merupakan komitmen dari Pemerintah Kota Semarang dalam upaya menurunkan kasus DBD di Kota Semarang.

“Kami berkomitmen untuk bagaimana menurunkan kasus DBD di Kota Semarang. Maka di sini ada teman-teman dari Camat, dan khusus Camat Tembalang harus turun ke masyarakat. Kami juga mohon doa agar Wingko Semarang ini bisa menurunkan kasus DBD di Kota Semarang,” pungkasnya.

Di sisi lain, Kabid P2P Dinas Kesehatan Kota Semarang Nur Dian Rakhmawati menjelaskan jika sosialisasi tentang teknologi nyamuk ber Wolbachia telah dilakukan pada masyarakat.

Hal ini agar tidak menjadi salah persepsi tentang anggapan justru malah menambah banyak nyamuk Aedes Aegypti di masyarakat.

"Pengembangan telur-telur ini akan beranak pinak, ada sekitar 300 an telur pada satu nyamuk, dengan dipetakan setiap 75 meter ditanam telur," katanya, beberapa waktu lalu saat Workshop Teknologi Nyamuk Ber Wolbachia.

Berkembangnya nyamuk dari telur-telur ber Wolbachia ini akan menggantikan regenerasi nyamuk lokal. 

"Ini untuk menggantikan populasi nyamuk Aedes Aegypti dengan populasi yang sudah ter wolbachia," katanya.***

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

Semarang Raya

Terkini

Tampilkan lebih banyak